Kamis, 27 Oktober 2016

PENGELOLAAN KELAS DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

ASPEK ASPEK PENGELOLAAN KELAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas “Penulisan Makalah” Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar




Disusun Oleh:
Nama: Asep Herdiana
NIM: 0821039293

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI 
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) 
SEBELAS APRIL SUMEDANG 
2012



ASPEK-ASPEK PENGELOLAAN KELAS

BAB I 
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
       Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan real adalah merupakan tujuan pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaimana siswa dapat memahami dan menguasai bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit.
       Hal tersebut dikarenakan dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kecerdasan, aspek psikologis dan biologis. Dari perbedaan tersebut dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam kelas.
       Menjadi tugas guru bagaimana menjadikan keanekaragaman karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal itu merupakan tugas guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keterampilan guru dalam proses pembelajaran tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pangaturan orang (siswa) dan barang.
       Banyaknya keluhan guru karena sukarnya mengelola kelas sehingga tujuan pembelajaran sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi apabila ada usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan maksimal. Misalnya penataan ruang kelas berupa pengaturan atau penataan tempat duduk yang sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
       Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
       Dari permasalahan tersebut maka kiranya perlu bagi guru atau calon pengajar mengetahui dan memahami tentang pengelolaan kelas, salah satunya yaitu pengaturan ruangan kelas berupa penataan tempat duduk siswa.

1.2 Tujuan Penulisan
       Dari pemaparan di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk memperoleh gambaran tentang apa itu pengelolaan kelas.
2) Untuk memperoleh gambaran tentang penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan.

1.3 Manfaat Penulisan
       Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat menambah wawasan bagi guru dan mahasiswa keguruan tentang pengelolaan kelas, dan bagaimana penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.

BAB II 
PENATAAN TEMPAT DUDUK SISWA SEBAGAI BENTUK PENGELOLAAN KELAS

2.1  Pengertian Pengelolaan Kelas
       Menurut Winataputra (2003), mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.
       Akhmad Sudrajat menyatakan bahwa: “Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian prilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas”.
       Dan menurut Winzer (Winataputra, 1003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang tempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
       Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (manajemen) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/fasilitas.
       Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang ada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi), dan lain-lain.

2.2  Penataan Ruang Kelas
       Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003) yaitu:
  1. Visibility (keleluasaan pandangan). Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  2. Accesibility (mudah dicapai). Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
  3. Fleksibilitas (keluwesan). Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
  4. Kenyaman. Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
  5. Keindahan. Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

       Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak didik berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan, dkk. Yaitu:
       Ukuran bentuk kelas, bentuk serta ukuran bangku dan meja, jumlah siswa dalam kelas, jumlah siswa dalam setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita). Berkaitan dengan penataan ruang kelas belajar maka pada penulisan makalah ini hanya berkaitan dengan pengelolaan kelas berupa penempatan tempat duduk siswa saja.

2.3  Tempat Duduk Siswa.
       Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, empat persegi panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
       Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah diubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat duduk pun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan bentuk ukuran kelas.
       Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang biasa digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainya. Biasanya posisi tempat duduk berjejer ke belakang digunakan dalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. 
       Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
  1. Meja tapal kuda, siswa berkelompok di ujung meja. Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan. 
  2. Meja panjang meja kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.
  3. Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja. Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ini.

       Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas, yang akan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
       Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan yang dimaksud adalah:
Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensi).
Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar.
Persamaan dan perbedaan dalam bakat.
Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.
Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman.
Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.
Persamaan dan perbedaan dalam minat.
Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita.
Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan.
Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.
Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.
Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.
       Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode belajar kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh dengan kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
       Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangkan pula pada aspek biologis seperti: postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hyper-aktif, suka melamun, dan lain-lain.

2.4  Penempatan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas
       Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di dalam kelas. 
       Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa.
       Hal ini sesuai dengan pendapat Winzer (Winataputra, 2003: 9-21) bahwa: “Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkah keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh juga terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan”.
       Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang/fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan menciptakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.

BAB III 
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
       Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
       Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/fasilitas. Salah satu bentuk pengelolaan kelas adalah penataan tempat duduk, dimana penataan tempat duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman karakteristik siswa, serta mempertimbangkan kesesuaian metode yang digunakan dengan tujuan akhir dari pembelajaran itu sendiri.
       Kondisi dan posisi tempat duduk dapat menentukan aktivitas belajar siswa di kelas. Hal tersebut disebabkan karena tempat duduk yang nyaman akan membantu siswa untuk tenang dalam belajar dan dapat pula menimbulkan gairah belajar siswa.

3.2  Saran
       Kiranya perlu menjadi perhatian bagi guru dan bahkan calon pengajar bahwa keterampilan mengelola kelas salah satunya penataan tempat duduk harus dikuasai. Pengelolaan kelas menyangkut kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif dan maksimal. Melalui penataan tempat duduk yang tepat diharapkan akan memfasilitasi siswa untuk belajar dengan aktif. Adapun saran yang dapat dilakukan dalam penataan tempat duduk seperti: 
       Menentukan posisi tempat duduk yang disesuaikan dengan metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Kondisi baik bentuk, ukuran tempat duduk harus baik dan pas. Menggunakan tempat duduk yang mudah diatur atau diubah-ubah untuk mempermudah merubah posisi tempat duduk. Penempatan siswa sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, misalnya: menempatkan siswa yang berfostur tinggi di belakang, yang hyper-aktif di depan.